Keindahan sepakbola bisa berubah menjadi bencana ketika kebencian, status sosial, harga diri, perasaan tertindas, pengakuan dan banyak lagi, mulai dimainkan. Dan cerita soal ini bederet, hampir di seluruh permukaan bumi. Ya, magis sepakbola bisa melahirkan
kerusuhan, bentrok, chaos. Semua soal hidup dan mati.
Ada banyak derby dengan rivalitas abadi yang bisa jadi contoh. Brasil punya ‘Derby Paulista’, Corinthians vs Palmeiras, duel dua tim dari kota tertua Sao Paulo yang pernah menjadi bagian dari film Romeo And Juliet. Yunani punya Olympiakos vs Panathinaikos yang dikenal dengan laga ‘Gate 7’ vs ‘Gate 13’. Di Turki ada derby Fenerbahce vs Galatasaray, dua tim dari kota Istanbul yang hanya dipisah selat Bosporus.
Argentina punya ‘SuperClassico’, Boca Juniors vs River Plate yang berdarah-darah. Sama seperti ‘Egypt Derby’, Zamalek vs Al-Ahly, sampai pihak keamanan Mesir harus membuat rute jalan yang berbeda untuk para supporter kedua tim. Di Serbia ada derby abadi, Partizan vs Red Star yang kalau kedua tim berlaga, kota Beograd seperti kuburan.
Tahu The Old Firm? Ini adalah tajuk derby antar dua rival dari kota Glasgow, Celtic vs Rangers. Dan, tahukah Anda, setiap usai laga, pasien rumah sakit di kota Glasgow naik 17 persen? Ahahaa..

Kita pindah ke Italia. Di situ ada Della Madonnina, ibu segala derby – maklum patung Bunda Maria ada di Milan — yang mempertemukan AC Milan vs Internazionale. Ada juga derby Della Capitale: Roma vs Lazio yang terkenal ‘mengerikan’ dengan symbol ‘Curva Sud’ vs ‘Curva Nord’. Di kota Turin ada derby della Mole: Juventus vs Torino. Secara nasional, saya juga harus sebut Derby Italia antar Juventus vs Inter, sama seperti derby Prancis: Paris SG vs Marseille.
Di Spanyol, yang paling terkenal tentu saja El-Classico Madrid vs Barcelona, dua klub besar dan paling sukses yang mewakili dua daerah seteru, Katalunya vs Kastil. Rivalitas mereka diperparah ketika Bernd Schuster (1988), Michael Laudrup (1994) dan Luis Figo (2000) membelot ke Real Madrid dan Luis Enrique membelot ke Barcelona tahun 1996.
Kalau Belanda punya De Klassieker, Ajax Amsterdam vs Feyenoord Rotterdam, maka Indonesia belakangan ini juga punya laga klasik: Persipura vs Sriwijaya FC, partai yang kemudian menyetarai kebesaran laga klasik sebelumnya, Persija Jakarta vs PSMS Medan.
Tapi yang paling seru tentu saja ‘Derby of Indonesia’, Persija Jakarta vs Persib Bandung. Ini laga dengan tensi tinggi, rawan, dan kerap menyulitkan aparat keamanan. Hampir mirip misalnya dengan permusuhan Persebaya-Arema Malang atau Persisam Samarinda-Persiba Balikpapan.


Dan lagi-lagi saya harus katakan sumbernya luar-dalam, teknis-nonteknis. Soal harga diri, kesenjangan ekonomi, perasaan tertindas, gengsi, keakuan, sikap-sikap egosentris yang kemudian berkembang menjadi “warna lain” dari keindahan sepakbola itu sendiri.
Banyak memang upaya untuk memunculkan perdamaian. Derby Merseyside misalnya, ketika fans Everton dan Liverpool pernah mengajukan slogan ‘Merseyside United’, tapi tak pernah berakhir dengan senyum. Sama seperti upaya perdamaian The Jak dengan Viking yang masih sebatas wacana. Atau juga Derby of Great London, Arsenal vs Chelsea, yang kalau mereka berlaga maka kota London dibelah warna merah dan biru.
Jika ada ‘Tribute of Hillsborough’ pada Minggu (23/9) ini dalam ‘Derby of England’ Liverpool vs Manchester United, lantas apakah rivalitas mereka akan jadi sejuk dan tensinya jadi menurun? Dan lalu kita semua hanya akan menyaksikan para bintang berlaga tidak dengan label kebencian, kemarahan, gengsi, harga diri? Dan lalu juga kita tidak akan menyaksikan para supporter meninggalkan Anfield dengan damai, berangkulan, dan tanpa rusuh?
Rivalitas dengan tensi tinggi Liverpool vs United ini memang meninggalkan banyak cerita. Dan, seperti yang juga berlaku kebanyakan di banyak label derby lainnya, maka derby of England ini juga banyak dipicu oleh aksi-aksi pemain dan, jangan bantah: fans! Sebuah rivalitas dengan tensi tingkat tinggi yang wajib dinanti. (supersoccer.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar