Minggu, 23 September 2012

Jelang Liverpool vs Manchester United Part 1: Rivalitas!






Bara panas di Anfield masih tiga hari lagi. Semua mata dan hati fokus menanti duel yang menyeret emosi jutaan orang itu. Isu penting sudah dirilis: penghormatan untuk korban Tragedi Hillsborough— 15 April 1989, ketika 96 fans Liverpool tewas di salah satu tribun Stadion Hillsborough, Leppings Lane, saat menghadapi Nottingham Fore
st di semifinal Piala FA.
Dua direktur dari kedua klub, Ian Ayre dan David Gill sudah bertemu. Mereka sepakat untuk memberikan penghormatan kepada 96 korban yang tewas karena kegagalan polisi menguasai situasi, dan bukan karena para supporter Liverpool penuh alkohol.
Prosesinya sebelum kick-off. Tiga mosaik disiapkan di tiga sisi Anfield: (1) Pemutaran tembang “You’ll Never Walk Alone” ketika tim masuk lapangan; (2) dari Tribun The Kopada spanduk besar dengan tulisan ‘The Truth’ plus angka 96; (3) di Centenary Stand ada paparan kata ‘Justice’. Lalu, 96 balon – symbol dari 96 korban yang tewas, akan dilepas oleh dua kapten dari kedua tim, Steven Gerrard dan Nemanja Vidic.
Alex Ferguson setuju dengan prosesi itu. “Ini bentuk penghormatan kita untuk para korban,” ujarnya. “Ini juga bagian dari tanggungjawab kita untuk memastikan pertandingan nanti itu akan dikenang karena sepakbola,” sebut Gerrard. Sederet komentar yang menarik. Menyejukkan.
Apakah sesejuk itu warna pertandingan kedua bebuyut ini Minggu nanti? Saya harus katakan: tidak! Sekali lagi, baranya panas! Sepanas kancah kuali. Lihat bagaimana Ferguson merotasi pemain dalam dua partai terakhir: MU vs Wigan dan MU vs Galatasaray. Simak juga spirit Wayne Rooney berlatih, melupakan laga vs Galatasaray dan lebih memilih fokus ke Anfield.
Liverpool? Sami mawon. Empat laga sudah dilewati mereka di Liga Premier tanpa kemenangan. Era kebangkitan mulai dirasakan skuad Brendan Rodgers saat memainkan hasil imbang 1-1 kontra Southampton. Dan, tahukah Anda, demi sebuah rivalitas abadi, mala mini Rodgers menyimpan hampir separuh skuadnya ketika melawat ke kandang Young Boys dalam laga pertama fase grup Liga Europa.
Tidak ada Gerarrd, Luis Suarez, Pepe Reina, Glen Johnson, Martin Skrtel, Daniel Agger, Joe Allen hingga Martin Kelly. “Liga Premier adalah prioritas kami,” ujar Rodgers. Hmm… Secara implisit, yakinilah, itu kalimat bersayap dia: “Manchester United adalah prioritas kami.”
Ketika ada upaya untuk mendinginkan panasnya rivalitas kedua tim, jelang Derby of England – banyak orang juga bilang ini North-West Derby — ketika itu pula kedua tim terus menjaga keabadian rivalitas mereka.

Nah, bicara rivalitas memang menarik. Semua ini bermula dari derby, dalam arti local derby: pertarungan dua tim satu kota yang membuat partai itu bergengsi. Tapi kemudian istilah derby berkembang luas. Tak hanya melibatkan tim-tim yang berada dalam satu kota tapi juga melibatkan tim-tim besar dengan tingkat rivalitas tinggi.
Dan, buat tim, apalagi para supporter, derby dengan rivalitas tinggi ini adalah simbol terhadap kebanggaan, fanatisme, status sosial dan harga diri. Di situ ada kegembiraan, kesedihan, kebencian, amarah. Mediumnya variatif: spanduk caci maki, poster penghinaan, lagu, slogan, yel-yel. Maka, kalau sudah begini, sepakbola yang keras, indah, impresif, mengagumkan bisa menjadi masalah hidup dan mati. Sekali lagi, di situ ada gengsi dan harga diri.
Liverpool vs United masih tiga hari lagi. Tapi gengsi dan harga diri orang-orang di belakang kedua tim sudah terasah sejak setengah abad silam. Sesuatu yang juga bisa dirasakan dalam beberapa partai dengan tajuk rivalitas abadi di beberapa Negara lain.
Apa saja? Dan apa update dari “Derby of England?”. Tunggu besok..
(supersoccer.co.id)

0 komentar:

Posting Komentar